Contact : 0813 5009 5007 Available 24/7

18 Office Tower

Jakarta

Spazio Tower

Surabaya

Podomoro City

Medan

Graha Raya

Tanggerang

Capaian Penerimaan Pajak yang Optimis di Tengah Kelesuan Rupiah

Rupiah menunjukkan angka di Rp16.259 per dolar Amerika Serikat (USD) di pengujung bulan April, yang artinya rupiah telah melemah 2,53% sepanjang April. Namun dalam konferensi pers APBN KiTa edisi April 2024 di Jakarta, Jumat (26/4/2024), Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa depresiasi nilai tukar rupiah terhadap USD masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Nilai tukar bath Thailand terkoreksi 8,56%, sementara mata uang negara-negara maju seperti Won Korea melemah 6,31%, Lira Turki 10,4%, Dolar Australia 4,4%, Dolar Kanada 3,3%, dan mata uang Euro 2,8%.

Sistem Perekonomian Terbuka dan Dampaknya pada Rupiah

Indonesia menerapkan sistem perekonomian terbuka yang melibatkan perdagangan internasional, investasi, dan pariwisata. Dengan sistem ini, pertukaran mata uang rupiah dengan mata uang asing menjadi tak terelakkan. Pasar uang memainkan peran penting dalam transaksi pertukaran mata uang ini, terutama dalam kaitannya dengan USD, mengingat Amerika Serikat merupakan mitra dagang utama Indonesia.

Pada Kuartal I 2024, penguatan USD didorong oleh beberapa faktor, termasuk meningkatnya inflasi AS hingga 3,48%, pertumbuhan lapangan kerja, dan tingginya penjualan ritel. Selain itu, faktor geopolitik seperti ketegangan di Timur Tengah turut memperkuat USD karena dianggap sebagai mata uang yang stabil di tengah krisis.

Depresiasi Rupiah

Depresiasi mata uang Rupiah yang terjadi lebih disebabkan oleh faktor eksternal, baik dari sisi geopolitik maupun ketidakpastian moneter global. Meskipun demikian, kondisi perekonomian nasional tetap stabil dan positif. Bank Indonesia menyatakan bahwa ekonomi Indonesia jauh dari kata krisis, mengingat rasio utang luar negeri terhadap PDB pada Kuartal I 2024 adalah 29,7%, jauh lebih baik dibandingkan masa krisis tahun 1998 dan 2008.

Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% untuk memperkuat stabilitas nilai tukar. Kementerian Keuangan juga memperkuat koordinasi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk menanggulangi fenomena ini.

Penggalian Potensi Pajak di Tengah Depresiasi Rupiah

Penerimaan pajak dapat dipengaruhi oleh nilai tukar USD. Kenaikan kurs USD memiliki potensi positif terhadap realisasi penerimaan pajak.

  1. Peningkatan Penghasilan dan Laba Perusahaan: Kenaikan kurs USD dapat meningkatkan nilai penghasilan dan laba perusahaan, terutama dari ekspor barang. Ini berpotensi meningkatkan jumlah pajak penghasilan (PPh) terutang oleh pengusaha.
  2. Keuntungan dari Selisih Kurs: Perusahaan dapat meraih keuntungan dari selisih kurs ketika terjadi perubahan nilai tukar USD. Keuntungan ini akan menjadi objek bagi pajak penghasilan sehingga meningkatkan penerimaan pajak.
  3. Peningkatan Nilai Impor: Kenaikan kurs USD akan meningkatkan nilai impor, yang pada gilirannya meningkatkan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dalam perhitungan PPN, serta jumlah PPnBM yang harus dibayarkan jika barang impor termasuk dalam kategori barang mewah.

Dampak Positif Depresiasi Rupiah

Selain meningkatkan penerimaan pajak, depresiasi rupiah dapat mendorong investasi asing langsung (Foreign Direct Investment). Arus masuk mata uang USD ke Indonesia akan bertambah, baik untuk disimpan di lembaga perbankan dalam negeri maupun untuk membangun industri. Di sisi lain, depresiasi rupiah dapat memacu peningkatan ekspor non-migas karena harga barang ekspor non-migas menjadi lebih kompetitif di pasar internasional.

Kesimpulan

Meskipun rupiah mengalami pelemahan terhadap USD, kondisi perekonomian Indonesia tetap stabil dan tidak menunjukkan tanda-tanda krisis. Dengan berbagai langkah yang telah diambil oleh Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan, optimisme terhadap capaian penerimaan pajak tetap tinggi. Depresiasi rupiah bahkan membawa dampak positif bagi penerimaan pajak melalui peningkatan penghasilan dan laba perusahaan, keuntungan dari selisih kurs, dan peningkatan nilai impor. Selain itu, investasi asing langsung dan ekspor non-migas diharapkan terus meningkat, sehingga memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional.

Tags :
Share This :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

Have Any Question?