Secangkir kopi robusta untuk asa usaha yang besar. Matahari sore menorehkan sinarnya melalui jendela di kota Bengkulu, melukis pemandangan dengan warna yang hangat. Andi, seorang pengusaha muda Indonesia, bersandar di kursinya, menikmati sisa tetesan kopi robusta khas Bengkulu yang kuat, yang tak lain hasil kerja kerasnya hingga dapat membangun bisnis kopi sehebat kini.
Di sampingnya terdengar tawa teman-teman masa kuliahnya. Jelas, tidak ada yang lebih enak dari kopi traktiran teman sendiri, kan? Begitulah Andi. Baginya, tidak ada yang lebih menyenangkan daripada menjamu teman-teman dengan kopi traktiran di kafe miliknya sendiri. “Rasa kopi khas Bengkulu ini emang nostalgik,” ujar Eki. Dia tentu benar sekali. Kopi robusta Bengkulu yang autentik ini istimewa. Kopi ini sesungguhnya bukan sekadar minuman, tapi juga simbol kerja keras dan mimpi besar.
Pertemuan dengan Fiskus
Di dalam kafe itu, perbincangan mereka mengalir, mengenang masa-masa kuliah yang penuh canda dan tawa. Tap, tap. Terdengar sudah langkah pelayan yang datang membawakan kopi yang mereka pesan. “Terima kasih, kak,” ujar Andi kepada karyawannya. Ketika aroma biji robusta tercium di udara, ingatannya melayang ke suatu pertemuan pagi hari. Sebuah pertemuan dengan fiskus.
Andi sudah siap ketika para petugas pajak mendatangi kafenya. Aroma kopi yang baru diseduh sangat kontras dengan sikap formal dan disiplin mereka. Ketika ia membuka pintu, dua orang pria berpakaian rapi berdiri di hadapannya. “Selamat pagi,” sapa salah satu pria dengan sopan. “Kami dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bengkulu Satu. Kami ingin bertemu dengan Andi, pemilik kedai kopi ini.”
Andi tersenyum. “Aku yang mereka maksud” batinnya. Duduklah mereka bertiga di sofa merah. Andi menawarkan mereka kopi. “Tidak usah pak,” kata salah satu pegawai pajak memberi gestur tangan, “kami bawa minuman sendiri,” dengan sopan menolak tawaran secangkir kopi darinya, mengutip integritas mereka yang teguh terhadap segala bentuk pemberian.
Kedatangan mereka di sini, bagaimana pun, bukan tentang kopi. Andi sudah menunggu mereka datang sejak ia mendatangi kantor pajak Rabu lalu. Mereka hanya melakukan survei lokasi dan mengonfirmasi usaha, langkah penting dalam memverifikasi bisnis dan mengukuhkan wajib pajak sebagai “pengusaha kena pajak”, sebuah sebutan yang undang-undang kup pakai untuk pengusaha beromzet di atas 4,8 miliar dengan sederet tambahan kewajiban pelaporan pajak masa.
Prospek untuk diakui secara lebih formal membuat Andi merasa puas. Memiliki bisnis yang sukses selalu menjadi impiannya, dan menjual kopi dengan usaha yang telah bereputasi yang tumbuh di kampung halamannya sendiri lebih dari sekadar pekerjaan; melainkan sebuah renjana.
Petugas dengan sabar menjelaskan kewajiban pajak yang akan datang pasca-pengukuhan Andi. Pagi itu, Andi merasa lega sekaligus gugup. Menjadi pengusaha kena pajak ialah poin penting dalam perjalanan bisnisnya. Di satu sisi, ia merasa bangga karena usahanya memiliki kemajuan. Di sisi lain, awareness menyentil dia, mengingatkan pada tanggung jawab yang harus dipikulnya, yang harus ditunaikan untuk legitimasi yang dibawanya.
Manfaat jadi Pengusaha Kena Pajak
“Loh kok melamun?” Fani menepuk tangan Andi. Wah benar juga, ia lupa itu dua hari lalu. Beberapa kedipan mata mengembalikan siumannya, membawanya ke kenyataan. Kini bukan pertugas pajak yang menanti dia, melainkan rekan-rekan seperjuangannya yang sedari tadi buncah akan tatapan kosongnya.
“Ada masalah?” tanya Fani. “Enggak,” balas Andi, “aku jadi ingat harus ke kantor pajak minggu depan.” “Sore santai begini kok mikirin pajak” protes Caca, seraya mengeluarkan papan Monopoli. Yap, permainan legendaris tanpa akhir pun dimulai.
Di tengah keseruan itu, Andi berbagi pemikirannya dengan teman-teman sepermainan meja. Dengan semangat dia berbicara tentang filosofi kopi, kemampuan kopi untuk menghubungkan orang, memicu mimpi, dan membangkitkan indra. Ketika kopi menjadi sahabat sejati, hari esok bukan lagi sebuah misteri. Dia menggambarkan proses teliti dalam memilih biji terbaik, mengolahnya dengan dedikasi, dan akhirnya, menyeduh secangkir kopi yang sempurna. Karena kopi yang sempurna akan selalu menemukan penikmatnya.
Tiba-tiba, Eki, salah satu temannya, menyela. “Bukannya pengusaha kena pajak itu hal yang buruk buatmu, Ndi? Kamu jadi harus membayar, apa itu namanya, pajak pertambahan nilai?”
Andi terkekeh, menghargai keprihatinan Eki tetapi juga ingin menghilangkan kekeliruan umum itu. “Sebenarnya, Eki,” jelasnya, “beban PPN nggak jatuh ke aku, tapi diteruskan ke titik berikutnya dalam rantai pasokan, yang pada muaranya ditanggung oleh konsumen.”
Dia kemudian menerangkan manfaat menjadi pengusaha kena pajak, seperti kemampuannya mengkreditkan pajak masukan. Namun, ada satu faktor besar bagi Andi. “Bisa membangun kepercayaan,” katanya, “baik dengan pembeli maupun pemasok. Mereka tahu aku beroperasi secara legal dan terdaftar.”
PPN merupakan pajak pada konsumsi yang dipungut pada setiap tahap proses produksi dan distribusi. PPN adalah multi-stage tax dan dihitung dengan indirect subtraction. Kedua hal itu sudah menjelma sebagai karakter legal PPN. Menjadi pengusaha kena pajak berarti menjadi pengusaha yang dengan tertib memungut PPN dan PPnBM, membuat faktur pajak, menyetor, dan melaporkan SPT Masa, termasuk SPT Masa PPN.
Peredaran bruto Andi yang belum sampai 4,8 miliar tidak menahan gairahnya untuk menjadi PKP. Semangatnya kelak akan senantiasa jadi pemandunya untuk dapat menjalankan kewajibannya dan memahami perannya sebagai wajib pajak yang baik.
Saat matahari terbenam di bawah ufuk, menyinari wajah teman-temannya dengan cahaya oranye, Andi sudah membangun sembilan apartemen di tiga negara yang berbeda. Dadu menggelinding di tepian meja. “Delapan langkah,” kata Andi, sebelum ia menggenapkan jumlah apartemennya menjadi sepuluh.
Walaupun permainan Monopoli petang ini harus berakhir, Andi tahu ini baru permulaan. Dengan status barunya dan dukungan orang-orang di sekitarnya yang tak tergoyahkan, dia siap membawa kopi robusta Bengkulunya ke seluruh dunia, mengubah secangkir kopi menjadi sebuah inspirasi dan membuka jalan menuju kesuksesan.