Hallo sobat Jhontax! Siapa yang tidak tergiur dengan diskon besar-besaran di hari belanja tertentu? Salah satunya, ada yang dikenal dengan istilah Black Friday. Tapi, apa sebenarnya makna di balik hari belanja ini?
Black Friday: Awalnya Bukan Hari Belanja
Black Friday, yang pertama kali tercatat bukanlah soal belanja, tapi sebuah krisis keuangan. Itu terjadi karena jatuhnya pasar emas AS pada 24 September 1869. Di Indonesia, momentum ini mulai menarik perhatian, menggerakkan berbagai merek dan konsumen.
Lonjakan Transaksi dan Arti Diskon
Diskon bukan hanya soal menarik konsumen, tapi juga sebuah strategi bisnis. Menurut Kotler, diskon adalah penghematan dari harga normal suatu produk, yang bisa membuat konsumen tertarik. Ini tidak hanya menguntungkan pembeli, tapi juga penjual.
Dalam momen hari belanja, transaksi melonjak. Di Amerika Serikat, perdagangan elektronik Black Friday meningkat 7,5% dari tahun sebelumnya, mencapai rekor 9,8 miliar dolar AS. Di Indonesia, Harbolnas tahun lalu menunjukkan peningkatan pesanan hingga Rp22,7 triliun, naik 26% dari tahun sebelumnya.
Pengaruhnya pada Penerimaan Negara
Lonjakan transaksi pada hari belanja memberikan dampak positif pada penerimaan negara. Penjualan yang meningkat berkontribusi terhadap pajak yang harus dibayarkan ke negara. Dukungan regulasi terbaru juga turut mendorong pertumbuhan ini.
Dalam hal ini, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penunjukan Pemungut, Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah Pabean Melalui Perdagangan Melalui Sistem Elektronik, membuat tambahan penerimaan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Sampai dengan 31 Oktober 2023, sebanyak 161 wajib pajak telah ditunjuk sebagai pemungut Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE). Hasilnya, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berhasil mengumpulkan penerimaan dari PPN sebesar Rp15,68 triliun.
Kesimpulan
Momen hari belanja bukan sekadar soal diskon dan penjualan yang meningkat. Dampaknya juga meluas ke arah positif pada penerimaan negara. Peningkatan transaksi online membawa pergeseran paradigma dalam pola konsumsi, dan juga memberikan tambahan pada penerimaan pajak.
Para pelaku usaha harus terus berinovasi untuk tetap terhubung dengan konsumen yang cenderung beralih ke transaksi online. Fleksibilitas dan efisiensi waktu dalam transaksi elektronik memberikan keunggulan kompetitif dalam dunia perdagangan modern.
Dari Black Friday hingga Harbolnas, ajang diskon dalam hari belanja mendorong perekonomian dan memberikan dampak positif yang nyata bagi penerimaan negara. Jadi, bagaimana pandanganmu tentang fenomena belanja yang semakin terhubung secara online?